Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable
Mayoritas sistem pengolahan limbah cair menggunakan IPAL permanen, sistem ini biasanya memerlukan lahan yang tetap dan luas serta metodenya yang sulit (Maharani dan Damayanti, 2013). Selain itu, pembangunan IPAL permanen dengan bahan baku beton memiliki beberapa kekurangan antara lain:
a. a. Bentuk yang telah dibuat sulit
untuk diubah.
b. b. Lemah terhadap kuat tari
c. c. Mempunyai bobot yang berat
d. d.Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya unit pengolahan air limbah yang memiliki tingkat fleksibilitas dan efektivitas dalam penggunaannya. Oleh karena itu, pengolahan air limbah ini dapat dilakukan pada IPAL portable yang dapat dipindah-pindahkan. Keuntungan yang bisa didapatkan dengan adanya unit pengolahan secara portable ini adalah (Pamungkas, 2015):
a. a. Tidak menetap dan bisa dipindahkan.
b.Penghematan biaya apabila lahan usaha berpindah tempat karena tidak perlu mendesain atau membuat unit pengolahan lagi.
c. c. Mempermudah pekerja dalam mengoperasikan karena tidak memerlukan pelatihan lagi apabila usaha berpindah tempat.
d.Membantu perusahaan dalam menangani limbah cair yang dihasilkan meringankan pengaturan lahan jika usaha berpindah tempat.
Selain
beberapa keuntungan tersebut,
pembangunan unit pengolahan secara portable juga dimaksudkan untuk
meningkatkan awareness kepada
pengelola kegiatan UMKM mengenai
pentingnya pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Unit pengolahan
limbah pada IPAL portable ini
memanfaatkan proses aerob karena beban BOD
tidak terlalu besar mengingat sumber limbahnya mayoritas berasal dari limbah UMKM. Proses pengolahan limbah ini terdiri
dari beberapa tahapan sebagai berikut (Pamungkas, 2015).
Gambar Instalasi Pengolahan Air Limbah Portable |
1. Bak Pemisah
Minyak dan Lemak
Bak pemisah minyak dan lemak berfungsi sebagai
pengolahan awal (primary
treatment) untuk memisahkan kadar minyak dan lemak yang terkandung dalam air limbah UMKM. Dengan adanya bak
pemisah minyak dan lemak, maka proses pengolahan lanjutan tidak akan terganggu dan mampu mengurangi kandungan bahan organik
secara maksimal. Pada bak pengumpul diperlukan unit bak pemisah
lemak/minyak karena karakteristik limbah kegiatan UMKM memiliki kesamaan
dengan limbah rumah makan (Said, 2008). Dimensi
bak pemisah lemak/minyak dapat ditentukan dengan
terlebih dahulu menentukan kapasitas debit limbah cair yang akan diolah serta waktu tinggal
Septic Tank.
2. Bak Ekualisasi
Pada alternatif pengolahan ini, bak
ekualisasi berfungsi sebagai pengolahan awal (primary treatment). Bak ekualisasi dalam pengolahan air limbah tidak diberikan
perlakuan apapun, baik itu secara fisik, biologi, ataupun kimia. Pada bak ekualisasi, hanya dilakukan perlakuan
untuk menghomogenkan air limbah yang masuk
dalam hal karakteristiknya dan untuk
menjaga kuantitas debit air limbah yang dialirkan
agar tidak fluktuatif (Mashahiro, 2002). Fungsi lain dari bak ekualisasi dalam alternatif ini sebagai
bak pengendap untuk mengurangi kadar TSS yang berlebih
pada unit pengolahan selanjutnya.
3.
Biofilter
Biofilter berfungsi
sebagai pengolahan lanjutan
yang bersifat biologis.
Biofilter menggunakan tipe pengolahan attached growth karena pada bangunan ini media kerikil maupun
sarang tawon akan ditumbuhi (attached) oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme ini yang akan menyerap dan mendegradasi bahan-bahan organik pada air limbah. Perbedaan
tipe media yang digunakan didasarkan atas tingkat removal yang berbeda atas tipe media pasir kerikil
dan media sarang tawon.
Alternatif pengolahan air limbah ini didasarkan pada proses aerob dan anaerob. Pengolahan air limbah
dengan menggunakan aerobic biofilter memiliki keunggulan dari segi start up time yang lebih singkat serta tidak berpotensi menimbulkan bau, tetapi
pengolahan ini menghasilkan produksi lumpur yang
lebih banyak dan membutuhkan kebutuhan energi yang lebih besar. Kebutuhan energi yang dibutuhkan dipergunakan
untuk suplai oksigen dalam tangki biofilter.
Pada pengolahan air limbah dengan menggunakan anaerobic biofilter
memiliki keunggulan efisiensi
removal yang lebih tinggi daripada aerobic biofilter
serta memiliki produk samping
berupa biogas. Unit anaerobic biofilter juga
memiliki kelemahan dari segi tingkat
stabilitas proses terhadap toksisitas yang rendah serta start up time
yang relatif lebih lama (Pamungkas, 2015).
4.
Bak Penampung
Bak penampung dalam alternatif pengolahan ini berfungsi untuk menampung hasil olahan air limbah. Hasil olahan air limbah tersebut
dapat digunakan kembali
untuk keperluan lain kegiatan usaha, seperti penyiraman tanaman atau pembersihan area kegiatan usaha.
Proses pengolahan limbah pada penelitian ini
menggunakan proses aerobic. Oleh karena itu, digunakanlah suspended activated
sludge pada masing-masing bioreaktor.
5.
Microbubble Generator (MBG) pada Reaktor Aerob
Microbubble merupakan gelembung berukuran mikro (50-200 µm) yang mempunyai luas permukaan total gelembung per satuan volume yang besar dan kecepatan pengapungan yang rendah (Fadlurohman, 2013). Teknologi MBG digunakan sebagai aerator dalam reaktor IPAL portable dengan metode attached culture (pertumbuhan melekat). Dalam penggunaan MBG, dibutuhkan air bersih yang digunakan untuk sirkulasi suplai microbubble. Oleh karena itu, penggunaan bakteri pengurai terlekat akan lebih baik. Aerasi dengan menggunakan MBG tidak bekerja menggunakan kompresor, melainkan sirkulasi air, sehingga kebutuhan energi hanya diperlukan untuk menyalakan pompa. Prinsip kerja MBG adalah fluida
cair yang bertekanan tinggi akibat dorongan dari tenaga
pompa mengalir melalui celah sempit masuk ke bagian dalam MBG sehingga
menyebabkan naiknya kecepatan alir fluida. Kecepatan alir yang
semakin besar mengakibatkan adanya perbedaan
tekanan antara ruang dalam MBG dan lingkungan sehingga udara dari lingkungan tersedot masuk dalam MBG.
Aliran turbulen dalam MBG menyebabkan udara
yang masuk terpecah menjadi
microbubble (Sadatomi et al.,
2012).
Jumlah
dan jenis microbubble yang
dihasilkan pada jenis aerator MBG bergantung
pada debit air limbah dan debit udara yang masuk. Jika debit udara masuk terlalu besar, maka gelembung yang
dihasilkan juga besar. Gelembung yang terlalu
besar memungkinkan adanya tumbukan antar gelembung dan penggabungan gelembung. Semakin besar gelembung, gelembung akan mudah mengapung sehingga waktu tinggal gelembung dalam
reaktor akan semakin singkat. Di satu sisi,
jika debit air limbah masuk terlalu besar, maka akan menimbulkan
turbulensi yang menyebabkan tumbukan
antar gelembung dan penggabungan gelembung (Shalindry et al., 2015).
Post a Comment for "Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable"