Mengatasi Krisis Kelangkaan LPG di Indonesia
LPG merupakan salah satu kebutuhan masyarakat Indonesia dalam berbagai hal seperti memasak.Kebutuhan yang semakin besar menyebabkan kelangkaan gas LPG yang ada diindonesia sehingga pemerintah perlu meng-impor LPG untuk memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri.Langkah impor ini dilakukan semenjak peralihan minyak tanah ke LPG tahun 2007 yang menyebabkan LPG bersubsidi melonjak hingga 700%.Langkah pemerintah dimulai pada tahun 2016 sebanyak 65% kebutuhan gas LPG diimpor dari luar negeri. Sebesar 4,3 juta ton LPG,diperkirakan kebutuhan impor gas LPG ini bertambah menjadi 5 juta ton atau 70% dari total kebutuhan LPG nasional.Pertumbuhan rata-rata konsumsi LPG ini akan meningkat 13% setiap tahun.
Pendistribusian
yang tidak tepat sasaran akan menyebabkan penimbunan gas oleh oknum tertentu
yang menyebabkan kelangkaan Berbagai langkah pemerintah mulai dilakukan untuk
mengatasi krisis kelangkaan LPG ini.sebagai contoh mencari dan pemanfaatan
sumber daya lain untuk menggantikan LPG.Berbagai alternative sedang
dikembangkan dan dicari pengganti gas LPG seperti pemanfaatan biogas dari
kotoran ternak,penggunaan kompor sekam dari limbah sekam padi sebagai bahan
bakar memasak.Selain itu penggunaan kompor listrik juga bisa membantu mengatasi
krisis kelangkaan LPG yang ramah lingkungan.
Berbagai
langkah diatas diharapkan dapat menurunkan kebutuhan LPG dan masyarakat beralih
ke energy alternative lainnya.Salah satunya adalah biogas yang dapat diperoleh
dari pengolahan lebih lanjut kotoran ternak yang akan menghasilkan metana.Gas
metana ini kemudian disalurkan ke rumah warga kemudian digunakan sebagai bahan
bakar gas yang memiliki nilai kalor sebesar 12740 kcal/kg,lebih tinggi dari
nilai kalor LPG yang hanya sebesar 11254 kcal/kg.Pemanfaatan biomassa seperti
arang kayu dan juga arang cangkang kelapa dapat digunakan untuk menggantikan
gas LPG yang ramah lingkungan dengan nilai kalor 3583 kcal/kg untuk arang kayu
dan 5779 kcal/kg untuk arang cangkang kelapa.
Penggunaan
kompor listrik sangat menguntungkan dan dapat mengurangi penggunaan gas
LPG.Menurut data Kementrian ESDM tabung
LPG ini kalorinya paling tidak setara 33.660 kkal, dan efisiensi kompornya 40%,
dan kalori final yang didapat sekitar 13.464 kkal.Dengan besaran kalori final
tersebut, jika dibandingkan dengan kompor listrik, kalori setara LPG-nya pun
sama, yakni sekitar 13.464 kkal, tapi efisiensi kompornya mencapai 85%. Kalori
yang dibutuhkan sekitar 15.840 kkal, dan listrik yang dibutuhkan 18,3 kWh.
Oleh
karena itu,pemerintah mengharapkan masyarakat untuk segera mengurangi
penggunaan gas LPG dan mulai beralih menggunakan kompor energy alternative
seperti yang disebutkan diatas tadi.Pemanfaatan alternative energy dapat
mengurangi ketergantungan pnggunaan gas LPG serta menghemat pengeluaran.
Post a Comment for "Mengatasi Krisis Kelangkaan LPG di Indonesia"